Tertangkapnya Fariz RM dengan lintingan ganja oleh para penjaga keamanan kota, benar-benar membuat saya tertegun. Bagaimana jika hal itu terjadi pada saya? Bagaimana keluarga, bagaimana para sahabat, bagaimana pekerjaan-pekerjaan yang sedang saya kerjakan yang melibatkan begitu banyak orang?
Dengan dikurungnya musisi itu dalam tahanan, secara otomatis ia akan dicabut paksa kebebasannya. Kemerdekaannya! Ah, saya yang hidup di alam bebas saja kadang merasa kurang merdeka karena tidak leluasa berbuat semau saya. Apalagi dalam tahanan.
Semoga tak pernah terjadi pada saya, keluarga, para sahabat, dan semua orang yang saya kenal. Akan menyakitkan dan menyedihkan tentu.
Beberapa lama saya tertegun. Betapa sesungguhnya pria berdagu lancip itu mestinya bersyukur. Jika membakar ganja dan mengisapnya tak ia sadari sebagai sesuatu yang keliru, mungkin dengan peristiwa ini ia akan menghentikan aktivitasnya itu.
Jika selama ini ia merasa kurang mendapat cinta dan perhatian, maka dengan kejadian ini ia akan melihat dan merasakan. Jika selama ini ia kurang merenung, mungkin dalam tahaman ia punya waktu banyak untuk merenungi hidupnya, apa saja yang telah ia lakukan dan apa saja yang kemudian perlu ia lakukan. Untuk dirinya, keluarga, masyarakat, dan untuk Tuhannya.
Hidup itu adalah nikmat. Apa jadinya ketika kita sedang asyik-asyik menikmati hidup, lalu dijegal tanpa pernah kita tahu kapan, dimana, oleh apa atau siapa. Penyanyi itu lagi-lagi perlu bersyukur karena hanya polisi yang menjegalnya. Bagaimana jika kematian yang menjegalnya? Masihkah akan sempat bagi ia untuk memperbaiki diri?
Berkaca dari orang peristiwa yang menimpa orang lain adalah hal yang paling enak dibandingkan orang lain berkaca pada peristiwa yang menimpa diri kita. Saya ingin memiliki ketakutan yang besar agar terhindar dari perbuatan sia-sia yang malah akan menyeret pada kesengsaraan. Saya tak ingin menzolimi diri sendiri.
Saya ingin nikmat itu tetap indah hingga waktunya nanti.
Comments