Partner kerja saya pamit mau ke luar kota untuk menjenguk ayahnya yang masuk rumah sakit karena mesti dirawat akibat sakit paru-paru. Kabar mengejutkan juga saya terima mengabarkan ibu saya kena serangan asam urat. Seorang sahabat kecil saya mesti operasi karena tulang tumitnya retak. Dari London, sahabat saya mengabarkan ibu dari sahabat saya lainnya siap-siap juga masuk rumah sakit karena sakit yang dideritanya.
Sakit bukanlah kabar baik. Sekali, saya pernah dirawat di rumah sakit. Saya merasa itu cukup. Sejuta janji untuk menjaga kesehatan saya umbar. Sakit itu merepotkan. Sakit membuat kita perlu menunda semua rencana. Sakit itu menguras persediaan uang. Sakit itu menyusahkan orang-orang di sekitar kita.
Saat sakit kita bisa melihat bagaimana hubungan kita dengan orang-orang yang sebenar-benarnya. Saat sakit kita bisa melihat refleksi doa dan kasih sayang dari orang-orang yang kita kenal.
Sakit mendekatkan kita pada kematian. Siapa sangka, begitu kita masuk rumah sakit, sebetulnya itu adalah perjalanan terakhir kita keluar rumah? Sesederhana apa pun sakit kita. Ada orang yang karena luka kecil saja bisa mati. Ada orang yang karena pusing saja tak bangun lagi.
Tapi menjadi sakit adalah manusiawi. Berani hidup, mesti siap sakit. Sakit bukanlah sesuatu yang harus disumpah serapahi. Sakit itu tetap harus dihadapi. Jika kita membuka mata dan hati selebar-lebarnya, justeru saat kita bisa berdialog dengan Tuhan dengan lebih khusu.
Sakit adalah salah satu signal yang diberikan alam kepada kita tentang kematian. Saat sakit, mestinya kita bersiap untuk berpulang.
Comments