Megawati sama sekali tidak menunjukkan belasungkawa ketika Soeharto meninggal dunia. Padahal hampir semua elemen bangsa muncul ke permukaan sekedar untuk mengekspresikan penghormatan terakhir pada mantan presiden itu. Megawati sepertinya belum menyembuhkan luka hatinya atas perbuatan Soeharto di masa lampau kepada Bapaknya. Padahal Soeharto telah berbaik hati tak menyeret Soekarno ke pengadilan.
Saat Sophan Sophian wafat pun, Megawati menenggelamkan diri. Kita tahu bagaimana Sophan pernah mendukung Megawati di partai kepala banteng. Padahal presiden kita yang sedang menjabat saja menyisihkan waktu untuk hadir. Lagi, Megawati belum menyembuhkan luka hatinya karena Sophian pernah bersebrangan prinsip dengannya.
Saat Sophan Sophian wafat pun, Megawati menenggelamkan diri. Kita tahu bagaimana Sophan pernah mendukung Megawati di partai kepala banteng. Padahal presiden kita yang sedang menjabat saja menyisihkan waktu untuk hadir. Lagi, Megawati belum menyembuhkan luka hatinya karena Sophian pernah bersebrangan prinsip dengannya.
Pemimpin adalah simbol. Ia perlu pura-pura tersenyum meskipun hatinya sedih dan marah. Pura-pura legawa meskipun kalah dan berdarah-darah.
Mega tak pernah mau menyembuhkan luka hatinya. Ia bawa luka hatinya dari masa ke masa, dari jaman ke jaman. Bahkan, kini ia mencalonkan diri untuk menjadi calon presiden pun sesungguhnya sekedar untuk menunjukkan bahwa ia punya luka. Lukanya sangat dalam hingga penuh dendam. Ia tak rela telah dikalahkan. Ia ingin menjadi presiden bukan untuk menyelamatkan bangsa, tapi sekedar untuk menunjukkan ia lebih kuat dari yang lain.
Comments