Andai saya bisa melobi para pembuat undang-undang, saya akan mengusulkan agar pusat perbelanjaan steril dari para koruptor. Mengapa? Pemilik uang 'panas' biasanya, hawanya ingin belanja melulu. Jadi sebetulnya, tak hanya pusat perbelanjaan, tapi juga pusat hiburan, termasuk restoran.
Caranya? Manajemen pusat perbelanjaan diharuskan memasang signage yang bunyinya kurang lebih: "Koruptor, Keluarga Koruptor, dan Kroninya Dilarang Masuk Mall". Semoga ampuh.
Lebih luas lagi kelak, gedung-gedung dan insitusi lainnya pun diikutsertakan dalam kampanye serupa. Misalnya di bandara: "Koruptor Dilarang Naik Pesawat", di pelabuhan: "Koruptor Dilarang Naik Kapal", pada taksi: "Koruptor Dilarang Naik Taksi", pada bajaj: "Koruptor Dilarang Naik Bajaj".
Tempat lain seperti: "Koruptor Dilarang Masuk Rumah Sakit", "Koruptor Dilarang Pergi ke Dukun", "Mak Erot Tidak Melayani Koruptor". Termasuk Inul Vizta: "Koruptor Dilarang Karaoke". Di hotel-hotel: "Koruptor Dilarang Check In/Bertamu".
Bahkan, Ibu Gito penyalur pembantu yang sering pasang iklan pada pohon-pohon di jalur hijau pun harus berpartisipasi: "Kami Tidak Menyalurkan Pembantu ke Rumah Koruptor".
Semua tempat, semua orang harus anti terhadap tindakan korupsi. Semua pihak harus mendukung. Insyaallah, semua orang akan berpikir ulang untuk menjadi koruptor dan yang sudah jadi, menjadi risih hingga mau berhenti.
Comments