Rencananya, saya akan menjadi dosen pegawai negeri. Secara tidak resmi, saya sudah mendapat kabar kalau saya lolos semua tes. Pengumuman resminya, akan dilakukan oleh Diknas akhir November ini. Ada sebuah perasaan yang terus mengganggu. Jika betulan saya diterima, artinya saya harus berkomitmen hingga masa pensiun untuk terus mengabdi di satu institusi. Hal yang sebelumnya sangat saya hindari berlama-lama di suatu tempat. Menjadi pegawai negeri adalah komitmen terbesar kedua saya setelah pernikahan.
Mungkin itu kenapa orang-orang yang bekerja pada sebuah departemen, di mata saya, adalah orang-orang yang sangat tertutup. Mereka tidak memiliki benchmark sehingga mungkin merasa bahwa pekerjaan dan lingkungannya ini adalah yang paling baik dan bener. Sedikit pengalaman yang saya alami, belum lama saya dilibatkan dalam sejumlah kegiatan non-mengajar. Aroma ketertutupan sudah tercium. Saya sampai terkaget-kaget. Bahkan saya mengklaim bahwa saya terkena schock culture. Lebih dari sepuluh tahun saya bekerja di sektor swasta, dunia kerja yang dinamis dan sangat terbuka. Dunia yang sangat berbeda dengan lingkungan departemen. Pada iklim swasta, saya bisa berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain dengan berbagai alasan.
Bukan untuk mundur. Namun sepertinya saya harus betul-betul menekan ego ke titik nol untuk menghindari konflik dan menjunjung keikhlasan. Saya rasa bisa. Saya perlu mengingat bagaimana saya pasrah menjalani hari-hari pertama pernikahan hingga bisa bertahan sampai sekarang. Mungkin hal sama perlu saya lakukan ketika saya memasuki gerbang kepegawainegrian ini. Apapun sistemnya, apapun yang dilakukan oleh rekan kerja lain, apapun resiko yang menantang, saya hanya perlu ikhlas menghadapi dan menjalani. Mengabdi adalah perjuangan sepanjang masa.
Tuhan, ijinkan saya menjalani semua ini dengan penuh kebaikan.
Comments
menjadi pegawai negeri itu seperti bekerja dgn kerajaan ke?
semoga sukses selalu...