Skip to main content

Undangan, Datang, Ya!

Menurut saya, kesediaan Anda datang dan memilih ke bilik pemilu ada kaitannya dengan tingkat spiritual yang Anda miliki saat ini.Anda tak perlu pintar untuk bisa mengunyah wacana ini. Tak perlu juga dengan emosi yang berlebihan hingga membuang energi yang tak perlu.

Lalu apa rencana Anda hari Kamis, tanggal 9 april 2009? Bekerja? Jalan-jalan karena long week end? Atau sekedar untuk bermalas-malasan di rumah? Anda boleh lakukan apa saja sesuka Anda karena tentu saja Anda seorang yang merdeka. Orang merdeka harus punya keputusan.

Orang merdeka juga punya nurani. Punya harapan. Punya keinginan. Punya pikiran yang terbuka.

Kamis, 9 April 2009 adalah hari dimana nasib bangsa kita akan ditentukan. Anda diundang untuk ikut berpartisipasi menentukan nasib kita bersama. Seperti juga panggilan Ibu kita untuk meminta kita segera mandi saat kita kecil, kenapa tak kita datang dan memilih ketika Ibu Pertiwi kita memanggil? Datang dan memilihlah!

1. Ikhlas
Ikhlas meluangkan waktu, melangkahkan kaki ke bilik pemilihan suara, dan mencontreng nama partai atau caleg pilihan. Satu suara Anda, berarti besar bagi republiki ini. Hargai diri Anda setinggi-tingginya maka Anda akan merasa sangat berarti telah melakukan hal yang paling benar di hari itu.

Ikhlas itu adalah sebuah kelas dimana Anda mendapat pelajaran dan ujian. Tugas Anda ringan, hanya menjalani ini dengan sesantai-santainya dan sebaik-baiknya.Ikhlas adalah elemen dari kegiatan ibadah terdalam.


2. Jangan berprasangka
Anda tak perlu kuatir terhadap Caleg yang Anda contreng kelak akan bekerja baik atau tidak untuk bangsa ini. Kenapa Anda harus berburuk sangka? Kenapa Anda harus risau dengan sesuatu yang 'kelak' terjadi? Adalah kesia-siaan jika lakukan itu sekarang. Prasangka adalah doa. Berbaik sangkalah. Serahkan semuanya pada sang waktu.Jika Anda percaya akan kekuatan dari Yang Mahapemberi Kekuatan, serahkan semua pada-Nya.

Semoga Anda diberkahi. Semoga bangsa kita lebih baik dari hari ini. Mari, datang dan memilih!

Comments

Popular posts from this blog

Out of The Box

Saya sedang tidak berminat berpaguyuban. Saya ingin banyak meluangkan waktu sendiri. Melakukan banyak hal yang berbeda dari biasanya, menemukan komunitas baru, dan lain sebagainya. Pelan-pelan saya melepaskan ketergantungan dari riuhnya pertemanan yang hiruk pikuk: bergerombol di cafe, bergerombol di club, bergerombol di bioskop. Waktu seperti menguap tanpa kualitas. Belakangan, saya jadi punya banyak waktu untuk mengecilkan lingkar perut, banyak waktu untuk membaca buku, membiarkan diri saya melebur dengan komunitas dan teman-teman baru, dan yang lebih penting, saya bisa punya waktu untuk mengamati diri saya. Sekedar merubah pola.

Billboard Udud

Pemprov DKI serius untuk menelikung para perokok aktif. Setelah mengeluarkan larangan merokok di beberapa kawasan, disusul dengan larangan beriklan bagi produsen rokok di jalan-jalan protokol. Mestinya, mulai Maret lalu, billboard iklan rokok yang semarak di sepanjang Sudirman, Gatot Subroto, dll itu tak sudah tak boleh lagi terpasang. Namun, pengecualian bagi pemasang iklan yang masa tayangnya belum habis, ditunggu hingga akhir masa kontrak. Sesederhana itukah? Seperti bisa ditebak, larangan-larangan apa pun yang diberlakukan pasti selalu diikuti sebuah koalisi kolusi. Tak ada hukuman bagi pengiklan iklan yang masih memasang billboardnya di sana walaupun tenggang waktu sudah terlewat. Yang terjadi adalah, adanya perpanjangan kontrak sebelum tenggang waktu itu habis. Sehingga iklan-iklan rokok itu akan terus terpasang selama masa kontrak yang diperpanjang. Jika perlu, kontrak untuk jangka waktu hingga masa kepemimpinan Sutiyoso berakhir. Sambil berharap, pemerintah provinsi yang baru a...

Payudara di Televisi Kita

Stasiun televisi kita, makin sering menampilkan program tv dengan bumbu payudara. Mungkin untuk menarik minat penonton. Semakin banyak penonton yang menyaksikan tayangan-tayangan mereka, rating acara akan membumbung, dan pengiklan datang. Namanya kompetisi, ya, bo. Tengok saja panggung dangdut, panggung penari, peragaan busana, hingga seserahan sambutan pun tak luput dari sajian payudara. Beberapa siaran langsung, lainnya siaran tunda. Katakan, 'munculnya' payudara di acara tersebut adalah sebuah insiden. Sangat maklum jika kejadian tersebut terjadi pada siaran langsung. Namun jika tayangan itu bukan langsung dan masih juga kecolongan? Please, deh. Jika peristiwa-peristiwa itu memang tak dikehendaki bersama, demi amannya, apa sebaiknya pihak stasiun membuat rambu-rambu khusus perihal busana seperti apa saja yang boleh digunakan oleh siapapun yang akan disorot kamera? Tentunya tanpa harus memasung demokrasi berekpresi.