Selama ini media berspekulasi dengan falsafah di balik lagu 'Tak Gendong' yang dibuat dan dipopulerkan oleh almarhum Mbah Surip. Konon katanya, lagu itu menggambarkan Mbah Surip yang sangat memperhatikan sesama.
Kata 'tak' dalam bahasa Jawa boleh saja berarti 'saya'. Maka reka-reka tentang profil Mbah Surip bisa dikaitkan dengan isi dari lagu ini. Tapi apa benar profil Mbah Surip seperti yang ditafsirkan orang banyak selama ini? Bagaimana kalau kita menggunakan bahasa Indonesia? 'Tak' berarti 'tidak'. Maka sesungguhnya, 'tak gendong kemana-mana' hanya berarti bahwa Mbah Surip tak menggendong apapun atau siapapun kemana-mana.
Mbah Surip, sudah pergi meninggalkan kita. Saya bukan fan beliau. Tapi saya sungguh terinspirasi. Misalnya bahwa tak ada kata terlambat untuk melakukan sesuatu yang kita inginkan. Semacam, teruslah berjuang hingga akhir khayatmu.
Ya, saya seperti melihat diri sendiri. Saya merasa beberapa fase dalam hidup saya terlambat saya mulai, telat saya dapatkan. Tapi itu menjadi tak berarti penyesalan jika ingat filosofi hidup, tak ada kata terlambat untuk memulai.
Mbah Surip berjuang lama untuk bisa meraih mimpinya jadi seniman yang diakui masyarat luas. Akhirnya tercapai, meskipun tak lama kemudian dia mati. Tak ada yang aneh dengan proses itu. Sebagian orang mengalaminya.
Comments