Pulang malam dari kampus sudah menjadi kebiasaan, demi mengejar proposal agar bisa selesai lebih cepat dari jadual. Tapi malam itu saya dihadang hujan, seperti juga yang terjadi pada malam sebelumnya. Saya tak menduga hujan akan turun sangat lama, bahkan sudah mulai sejak hari masih siang. Hujan awet sekali mengguyur Joondalup. Saya membayangkan badan akan kuyup jika saya paksakan pulang. Karena sudah malam, tak ada lagi bisa yang melayani dari lokasi kampus ke stasiun. Bis terakhir hanya beroperasi hingga jam 6pm.
Sebelum pulang, saya mampir ke perpustakaan untuk mencari satu buku yang judulnya sudah saya persiapkan sejak beberapa hari lalu. Ide yang terus tertunda. Begitu saya akan keluar gedung untuk pulang, berbarengan dengan seorang mahasiswa berkulit hitam yang sepertinya hendak pulang juga. Ternyata orang itu bawa kendaraan dan memarkirnya di depan perpustakaan.
"Mate, will you pass through the station?" Sapa saya tanpa ragu. Alhamdulillah, orang itu baik sekali mau mengajak saya, bahkan mengantar hingga ke pintu stasiun.
Hujan masih terus turun. Angin terus menggigiti. Sweater saja rasanya tak cukup untuk mengusir dingin. Ini hari kedua di bulan April, dimana hujan mulai getol membasahi Perth. Saya mulai berpikir untuk membeli payung dan membawanya setiap kali ramalan cuaca bilang akan turun hujan.
Comments