Sembahyang Jumat di mushola kampus, di mana saya bisa bertemu dengan sejumlah muslim dari penjuru dunia, terutama dari negara-negara di Asia, Afrika, dan Timur Tengah.
Ketika saya kecil, ketika saya hanya bergaul dengan orang-orang satu kampus, saya melihat keseragaman gerakan dan bacaan ketika bersembahyang. Itu mungkin disebabkan karena guru kami sama. Begitu saya masuk SMA dan bergaul dengan teman-teman yang berbeda asal, perbedaan mulai terlihat. Lebih terlihat ketika saya pindah dari Bogor ke Jakarta. Lebih banyak variasi gerakan solat yang berbeda dari apa yang guru agama saya ajarkan waktu saya di madrasah.
Apakah yang dilakukan orang lain salah? Atau apakah yang diajarkan guru saya yang salah?
Akhirnya saya tinggal di Australia. Subhanallah, betapa perbedaan menjadi sangat nyata dan karena perbedaan itulah membuat saya jadi sangat yakin bahwa justeru perbedaan itulah yang sebetulnya kebenaran yang selama ini saya pertanyakan. Bayangkan, dari mulai berbusana saja saat solat saja sudah berbeda. Di sini, orang bersembahyang dengan celana pendek dianggap sah. Dulu, saya diajarkan kalau ruku, sujud, dan gerakan lainnya harus begini-begitu. Ternyata orang-orang yang saya lakukan di sini sama sekali tak melakukan yang saya lakukan.
Maka, jika ada orang yang begitu alergi dengan perbedaan, sebaiknya mereka harus keluar dari rumah, keluar dari kampungnya, keluar dari kotanya... untuk menemukan betapa perbedaan itu sesungguhnya adalah kebenaran.
Comments