Skip to main content

Fraud: Ahmed Omar


URGENT Respond
I am Amed Omar ,son of late Mr and Mrs Yusuf Omar . My father was a very wealthy GOLD and COCOA merchant who based in ACCRA GHANA and ABIDJAN respectively, The economic capital of cote D'Ivoire.

He was poisoned to death by his business associate on one of their business outings.
When my mother died on the 21st october 2000 , My father took me so special because I am motherless.
Before the death of my father on the 25th November 2007. He sincerely called me on his
bed side and told me that he had a sum of 8.5M US DOLLARS (Eight Million five hundred thousand USA DOLLARS)He kept in one of the Security Company Here in Abidjan. He also used my name to Deposit the consignment as his only Son for next of kin. He also explained to me that it was because of this wealth that he was poisoned by his business associates, That I should seek for a foreign partner in a country of my choice where I will transfer this money and use it for investment purposes, I want you to assist me in clearing this fund into your account overseas as a beneficiary of the fund, and also use it for an Investment purpose.
I am honourably seeking for your assistance in the following ways.
(1)To help me retreive the consignment from the Security company where the consignment was deposited
(2)To assist me to transfer the money to your account successfully.
(3) To provide a bank account into which this money would be transfer to.
(4)To serve as the guardian of this fund since I am a Boy of (20)yrs and to help me invest the money proper well in your Country .
(5) To make arrangement for me to come over to your country to further my Education and to secure a residential permit in your country. Moreover, I am willing to offer you 20% of the total sum as compensation for your effort /input after the successful transfer of this fund to your nominated account.
Furthermore, you can indicate your option towards assisting me.
Thanks and God bless you for your anticipated Co operation.
Best Regards,
Ahmed Omar

Comments

Popular posts from this blog

Out of The Box

Saya sedang tidak berminat berpaguyuban. Saya ingin banyak meluangkan waktu sendiri. Melakukan banyak hal yang berbeda dari biasanya, menemukan komunitas baru, dan lain sebagainya. Pelan-pelan saya melepaskan ketergantungan dari riuhnya pertemanan yang hiruk pikuk: bergerombol di cafe, bergerombol di club, bergerombol di bioskop. Waktu seperti menguap tanpa kualitas. Belakangan, saya jadi punya banyak waktu untuk mengecilkan lingkar perut, banyak waktu untuk membaca buku, membiarkan diri saya melebur dengan komunitas dan teman-teman baru, dan yang lebih penting, saya bisa punya waktu untuk mengamati diri saya. Sekedar merubah pola.

Billboard Udud

Pemprov DKI serius untuk menelikung para perokok aktif. Setelah mengeluarkan larangan merokok di beberapa kawasan, disusul dengan larangan beriklan bagi produsen rokok di jalan-jalan protokol. Mestinya, mulai Maret lalu, billboard iklan rokok yang semarak di sepanjang Sudirman, Gatot Subroto, dll itu tak sudah tak boleh lagi terpasang. Namun, pengecualian bagi pemasang iklan yang masa tayangnya belum habis, ditunggu hingga akhir masa kontrak. Sesederhana itukah? Seperti bisa ditebak, larangan-larangan apa pun yang diberlakukan pasti selalu diikuti sebuah koalisi kolusi. Tak ada hukuman bagi pengiklan iklan yang masih memasang billboardnya di sana walaupun tenggang waktu sudah terlewat. Yang terjadi adalah, adanya perpanjangan kontrak sebelum tenggang waktu itu habis. Sehingga iklan-iklan rokok itu akan terus terpasang selama masa kontrak yang diperpanjang. Jika perlu, kontrak untuk jangka waktu hingga masa kepemimpinan Sutiyoso berakhir. Sambil berharap, pemerintah provinsi yang baru a...

Payudara di Televisi Kita

Stasiun televisi kita, makin sering menampilkan program tv dengan bumbu payudara. Mungkin untuk menarik minat penonton. Semakin banyak penonton yang menyaksikan tayangan-tayangan mereka, rating acara akan membumbung, dan pengiklan datang. Namanya kompetisi, ya, bo. Tengok saja panggung dangdut, panggung penari, peragaan busana, hingga seserahan sambutan pun tak luput dari sajian payudara. Beberapa siaran langsung, lainnya siaran tunda. Katakan, 'munculnya' payudara di acara tersebut adalah sebuah insiden. Sangat maklum jika kejadian tersebut terjadi pada siaran langsung. Namun jika tayangan itu bukan langsung dan masih juga kecolongan? Please, deh. Jika peristiwa-peristiwa itu memang tak dikehendaki bersama, demi amannya, apa sebaiknya pihak stasiun membuat rambu-rambu khusus perihal busana seperti apa saja yang boleh digunakan oleh siapapun yang akan disorot kamera? Tentunya tanpa harus memasung demokrasi berekpresi.