Skip to main content

London Underground


















Jalur kereta api di Inggris sangat jelas dibangun dengan sangat serius. Dari satu distrik ke distrik lain, dari satu stasiun ke stasiun lain semua terkoneksi dengan sangat rapi. Negara betul-betul memudahkan warganya untuk melakukan perjalanan. Dengan begitu semua bagian kota dan negeri bisa bergerak leluasa, membangun dan bekerja lebih giat. Tak ada alasan untuk berdiam diri saja.

Ketika hari Sabtu tiba kembali ke London, saya menemukan arah ke hostel dengan mudahnya setelah banyak bertanya tentunya. Begitu juga ketika hari Minggu. Saya menemukan kerumunan yang luar biasa padat di jalur-jalur tertentu. Lorong-lorong underground seperti labirin tikus yang penuh jebakan. Bahkan orang-orang London sendiri masih perlu memegang peta untuk bisa selamat tiba di tujuan. Jalur utara, selatan, pusat, platform 1 sambapi belasan... Riweuh pisan.

Hari Minggu, ketika sejumlah jalur ditutup untuk efisiensi, masalah baru muncul. Saya yang sudah mulai hapal dengan arah dari dan ke pusat kota, mendapati jalur yang mau tak mau berubah. Berputar-putarlah saya. Naik turun jalur, coba sana coba sini, tanya sana sini, meskipun akhirnya bisa juga ke pusat kota. Saya seperti sedang mengikuti program 'Amazing Race'. Saya sama sekali tak memiliki gambaran tentang underground London. Setelah mengalaminya, saya tak boleh underestimate. Undergound benar-benar sebuah petualangan. It's fun.

Comments

Popular posts from this blog

Out of The Box

Saya sedang tidak berminat berpaguyuban. Saya ingin banyak meluangkan waktu sendiri. Melakukan banyak hal yang berbeda dari biasanya, menemukan komunitas baru, dan lain sebagainya. Pelan-pelan saya melepaskan ketergantungan dari riuhnya pertemanan yang hiruk pikuk: bergerombol di cafe, bergerombol di club, bergerombol di bioskop. Waktu seperti menguap tanpa kualitas. Belakangan, saya jadi punya banyak waktu untuk mengecilkan lingkar perut, banyak waktu untuk membaca buku, membiarkan diri saya melebur dengan komunitas dan teman-teman baru, dan yang lebih penting, saya bisa punya waktu untuk mengamati diri saya. Sekedar merubah pola.

Billboard Udud

Pemprov DKI serius untuk menelikung para perokok aktif. Setelah mengeluarkan larangan merokok di beberapa kawasan, disusul dengan larangan beriklan bagi produsen rokok di jalan-jalan protokol. Mestinya, mulai Maret lalu, billboard iklan rokok yang semarak di sepanjang Sudirman, Gatot Subroto, dll itu tak sudah tak boleh lagi terpasang. Namun, pengecualian bagi pemasang iklan yang masa tayangnya belum habis, ditunggu hingga akhir masa kontrak. Sesederhana itukah? Seperti bisa ditebak, larangan-larangan apa pun yang diberlakukan pasti selalu diikuti sebuah koalisi kolusi. Tak ada hukuman bagi pengiklan iklan yang masih memasang billboardnya di sana walaupun tenggang waktu sudah terlewat. Yang terjadi adalah, adanya perpanjangan kontrak sebelum tenggang waktu itu habis. Sehingga iklan-iklan rokok itu akan terus terpasang selama masa kontrak yang diperpanjang. Jika perlu, kontrak untuk jangka waktu hingga masa kepemimpinan Sutiyoso berakhir. Sambil berharap, pemerintah provinsi yang baru a...

Payudara di Televisi Kita

Stasiun televisi kita, makin sering menampilkan program tv dengan bumbu payudara. Mungkin untuk menarik minat penonton. Semakin banyak penonton yang menyaksikan tayangan-tayangan mereka, rating acara akan membumbung, dan pengiklan datang. Namanya kompetisi, ya, bo. Tengok saja panggung dangdut, panggung penari, peragaan busana, hingga seserahan sambutan pun tak luput dari sajian payudara. Beberapa siaran langsung, lainnya siaran tunda. Katakan, 'munculnya' payudara di acara tersebut adalah sebuah insiden. Sangat maklum jika kejadian tersebut terjadi pada siaran langsung. Namun jika tayangan itu bukan langsung dan masih juga kecolongan? Please, deh. Jika peristiwa-peristiwa itu memang tak dikehendaki bersama, demi amannya, apa sebaiknya pihak stasiun membuat rambu-rambu khusus perihal busana seperti apa saja yang boleh digunakan oleh siapapun yang akan disorot kamera? Tentunya tanpa harus memasung demokrasi berekpresi.