Sorce: Vnbrand.net |
Terbangun dari mimpi. Saya sedang berada di dalam kantor seorang sahabat saya. Entah kenapa saya menempeli banyak poster di dinding di depan ruangan kerja sahabat saya itu. Saat itu kantor sepi karena sedang jam turun makan.
Tiba-tiba saya berubah pikiran. Saya merasa, sebelum orang-orang kembali masuk kantor, saya harus sudah membersihkan poster-poster di dinding. Tapi sayang, bekas double tape yang saya gunakan tak bisa bersih. Saya pindah ke ruangan lain. Saya berada di kantor Unilever ternyata. Tidak paham tujuan saya di sana untuk apa dan bertemu siapa. Mimpi seringkali begitu, kan?
Saya melihat seorang perempuan yang keluar masuk sebuah ruangan. Saya menduga orang itu bukan karyawan Unilever. Saya perhatikan terus. Tak lama ada perempuan lain yang menghampiri dan berbincang dengan perempuan pertama. Saya terus memperhatikan. Perempuan pertama, sepertinya menuruti omongan dari perempuan kedua, masuk ke ruangan yang berbeda di arah berbeda. Tak lama ia mengendap keluar lagi. Saya segera keluar gedung dan mendapati perempuan kedua sedang berada di belakang gedung. Seperti yang sudah saya duga, perempuan pertama kemudian menghampiri perempuan kedua sambil menyerahkan sebuah buku kecil. Gerak-gerak mereka tak luput dari iPhone saya. Saya merekam semua adegan mereka meskipun saat itu saya menyadari kalau iPhone yang saya gunakan agak rusak.
Sore hari, saya kembali ke kantor Unilever. Suasana kantor mencekam. Saya yang keheranan, bertanya pada sejumlah karyawan. Mereka tak ada yang berani bicara. Saya lalu meminta bertemu dengan seorang karyawan dari bagian HRD. Ada seorang karyawan pria yang menghampiri. Belum sempat saya bicara banyak, tak lama direktur HRD datang. Seorang perempuan berambut keriting kecil, dengan dua anak-anaknya: Mahmud dan Bryan. Ia berlinangan air mata. Salah seorang anaknya menjawab sejumlah pertanyaan yang saya ajukan. Intinya, Ibu ini kehilangan sebuah buku kecil yang di dalamnya tertulis merek sebuah produk yang akan segera di-launching. Saya terkejut, merek produk yang hendak digunakan untuk nama sebuah produk tentulah sangat rahasia. Itulah mengapa ada pihak-pihak tertentu yang menginginkan, terutama pesaing.
Saya segera tahu siapa pelakukanya. Tapi saya tak segera memberitahu Ibu yang sedang kesusahan dan siap-siap mengundurkan diri dari perusahan itu. Saya terbangun segera, jadi kelanjutan kisah mimpi ini terpotong. Saya ingat ketika sedang merekam adegan pertemuan perempuan pertama dengan perempuan kedua, keduanya tahu kehadiran saya. Mereka berusaha sewajar mungkin. Bahkan perempuan pertama menghadap kamera sambil berkata: "Saya Rani Soraya. Ada apa...?"
Comments