September ini ditargetkan saya sudah menuntaskan proposal riset dan mempresentasikannya di hadapan audien. Bukan saya yang menentukan, saya hanya menjalani. Tidak berani bikin deadline karena kuatir meleset. Malah akan membuat saya kecewa.
Selama ini saya sudah bekerja optimal. Bolak-balik revisi saya harap sebagai bagian dari proses. Revisi justeru lebih banyak datang dari saya. Semakin banyak baca, semakin banyak berpikir, semakin merasa bahwa proposal saya masih lemah dari berbagai hal. Supervisor saya selalu menekankan agar saya tak terbebani. Ini proposal, tah harus semua hal dijejalkan di dalamnya. Sejenak saya terhibur, di waktu lain malah gelisah.
Jika benar semua rencana lancar, artinya saya membutuhkan tujuh bulan penuh untuk membangun proposal. Bukan waktu sebentar, tapi juga bukan waktu lama. Ada dua bulan di dalamnya saya tidak melakukan apa-apa yang berhubungan dengan proposal, saya malah liburan, mencoba ganti topik untuk kemudian kembali ke topik asal. Mahasiswa lain ada yang melakukannya dua semester penuh, bahkan ada yang lebih. Tak ada ukuran standar. Kapan saja siapnya.
Begitu selesai tahap proposal, berarti saya segera pindah ke proses berikutnya. Mungkin lebih sulit, mungkin lebih mudah. Sementara ini di kepala sudah begitu banyak ide baru untuk mulai penelitian yang lain. Mungkin bagus bisa mengalihkan perhatian ke hal berbeda untuk sementara waktu.
Comments