Skip to main content

Agenda Gayus

Pertanyaan yang paling penting dari silamnya Gayus dari tahanan dan muncul di Bali adalah: Seberapa penting sebuah pertandingan tenis internasional itu bagi dia? Lalu kita mulai detail bertanya dengan memulai pertanyaan sederhana: Apakah dia penyuka tennis? Logikanya, dia adalah seorang penggemar tennis yang luar biasa sehingga keadaan apa pun tak akan menghalangi untuk bisa hadir menonton pertandingan. Namun ini bisa dijawab jika pertanyaan sebelumnya sudah terjawab. Jika ternyata dia bukan penyuka tenis, maka motif lain perlu dicurigai. Ini adalah kemungkinan motif pertama.

Motif kedua yang mungkin adalah adanya agenda rahasia yang berhubungan dengan agenda orang lain. Pastilah pertemuan dan pihak yang ia temui adalah sangat penting hingga pria ini bisa mudah keluar dan bepergian dengan leluasa. Keterlibatan event organizer kelas tinggi sangat dimungkinkan, mulai dari dibukanya jeruji sel, penjemputan, penerbangan, hotel hingga ia balik lagi sel. Mengingat resiko yang sangat tinggi untuk menggunakan pesawat komersil biasa, maka penggunaan pesawat pribadi sewaan atau bahkan pinjaman sangat dimaklumi.

Pada artikel lain Kompas.com, diberitakan bahwa di lokasi yang sama, Aburizal Bakrie pun tampak terlihat meskipun tidak duduk berdampingan dengan Gayus. Kita tahu bahwa pria berdagu panjang ini memiliki daftar perusahaan yang diduga berkongkalingkong dengan Gayus dalam urusan pembayaran pajak. Kemungkinan kebenarannya sangat kecil jika memang akan ditelusuri. Untuk apa seorang Ical yang besar dan penting perlu mengurusi hal remeh temeh seperti itu?

Motif ketiga, Gayus memang penjahat yang kreatif, pencari sensasi, dan haus pemberitaan. Dia merasa akhir-akhir ini media lebih heboh memberitakan bencana dari pada dirinya. Dia ingin terus menjadi sumber berita. Ada tiga kemungkinan dalam hal ini. Kemungkinan pertama, obsesi pribadi untuk menjadi orang terkenal dan terus terkenal. Kemungkinan kedua, ia ingin menunjukkan kepada publik bahwa ia punya kekuatan untuk mengatur orang-orang dan sistem di sekitarnya. Kemungkinan ketiga adalah cara dia agar kasus yang melibatkan dirinya agar terus jadi pusat perhatian, supaya cepat selesai, agar orang-orang bersalah bisa terbongkar semua...



Comments

Popular posts from this blog

Out of The Box

Saya sedang tidak berminat berpaguyuban. Saya ingin banyak meluangkan waktu sendiri. Melakukan banyak hal yang berbeda dari biasanya, menemukan komunitas baru, dan lain sebagainya. Pelan-pelan saya melepaskan ketergantungan dari riuhnya pertemanan yang hiruk pikuk: bergerombol di cafe, bergerombol di club, bergerombol di bioskop. Waktu seperti menguap tanpa kualitas. Belakangan, saya jadi punya banyak waktu untuk mengecilkan lingkar perut, banyak waktu untuk membaca buku, membiarkan diri saya melebur dengan komunitas dan teman-teman baru, dan yang lebih penting, saya bisa punya waktu untuk mengamati diri saya. Sekedar merubah pola.

Billboard Udud

Pemprov DKI serius untuk menelikung para perokok aktif. Setelah mengeluarkan larangan merokok di beberapa kawasan, disusul dengan larangan beriklan bagi produsen rokok di jalan-jalan protokol. Mestinya, mulai Maret lalu, billboard iklan rokok yang semarak di sepanjang Sudirman, Gatot Subroto, dll itu tak sudah tak boleh lagi terpasang. Namun, pengecualian bagi pemasang iklan yang masa tayangnya belum habis, ditunggu hingga akhir masa kontrak. Sesederhana itukah? Seperti bisa ditebak, larangan-larangan apa pun yang diberlakukan pasti selalu diikuti sebuah koalisi kolusi. Tak ada hukuman bagi pengiklan iklan yang masih memasang billboardnya di sana walaupun tenggang waktu sudah terlewat. Yang terjadi adalah, adanya perpanjangan kontrak sebelum tenggang waktu itu habis. Sehingga iklan-iklan rokok itu akan terus terpasang selama masa kontrak yang diperpanjang. Jika perlu, kontrak untuk jangka waktu hingga masa kepemimpinan Sutiyoso berakhir. Sambil berharap, pemerintah provinsi yang baru a...

Payudara di Televisi Kita

Stasiun televisi kita, makin sering menampilkan program tv dengan bumbu payudara. Mungkin untuk menarik minat penonton. Semakin banyak penonton yang menyaksikan tayangan-tayangan mereka, rating acara akan membumbung, dan pengiklan datang. Namanya kompetisi, ya, bo. Tengok saja panggung dangdut, panggung penari, peragaan busana, hingga seserahan sambutan pun tak luput dari sajian payudara. Beberapa siaran langsung, lainnya siaran tunda. Katakan, 'munculnya' payudara di acara tersebut adalah sebuah insiden. Sangat maklum jika kejadian tersebut terjadi pada siaran langsung. Namun jika tayangan itu bukan langsung dan masih juga kecolongan? Please, deh. Jika peristiwa-peristiwa itu memang tak dikehendaki bersama, demi amannya, apa sebaiknya pihak stasiun membuat rambu-rambu khusus perihal busana seperti apa saja yang boleh digunakan oleh siapapun yang akan disorot kamera? Tentunya tanpa harus memasung demokrasi berekpresi.