Source: Alaska-in-picture.com |
Setelah bubar pertemuan di rumah orang tua, saya pamit pulang. Seolah saya baru saja menerima amplop berisi uang dari seseorang dan memberikan sebagian untuk Ibu saya. Sambil terus menyetir, saya selipkan sisa uang dalam amplop di bawah jok mobil. Tak jauh dari rumah, saya berpapasan dengan salah seorang bibi yang lalu saya ajak menumpang.
Dalam sepersekian detik (well, mimpi sering punya jalan cerita yang aneh), cerita berubah. Seseorang yang sebelumnya saya angkut bukan lagi berwujud bibi saya, tapi seorang pria yang sama sekali tak saya kenal dengan membawa tas besar. Saya seperti sedang dalam sebuah penyergapan penerima uang sogokan yang dilakukan KPK. Dari jarak jauh, saya melihat sejumlah mobil anggota KPK melakukan pengintaian. Terlihat juga anggota-anggota KPK yang mulai mendekat siap menyergap.
Lampu merah. Pria di samping saya mulai melihat gelagat kalau dia sedang diintai. Tanpa bisa saya prediksi, orang itu mengeluarkan senjata api dari dalam tasnya dan tiba-tiba menembak leher saya. Sebuah bolong tercipta dan darah mulai mengalir deras. Subhanallah? Innalillahi? Saya sibuk memilih doa pendek yang paling tepat. Akhirnya, menyadari bahwa mungkin nyawa saya tak lagi panjang, sambil menekankan jari ke lubang yang terus mengalirkan darah, saya bersyahadat. Sekarat...
Comments