Skip to main content

Jenis Bacaan Mempengaruhi Suasana Hati

Apakah jenis bacaan yang dikonsumsi seseorang mempengaruhi kesehatan? Saya rasa iya. Setiap kali membaca berita seorang pejabat terlibat kasus KKN, suasana hati jadi gundah dan kesal. Setelah seminggu mengurangi membaca berita korupsi dan terutama PSSI, saya merasa hidup lebih tenang, nyaman, dan positif. Ppikiran dan badan jadi lebih sehat, tidak memendam amarah apalagi culas, dan sangat plong. 

Mungkin hanya kesimpulan iseng yang kurang berdasar. Tapi saya rasa memang memiliki hubungan. Biarlah, biarkan saja. Hal terpenting, apa yang saya dapatkan sekarang.

Saya ingin benar-benar menikmati hidup mumpung masih tinggal di Australia. Menjauhi masalah, menghindari konflik sebisa mungkin. Menjalankan tanggung jawab saya sebagai mahasiswa, pun sebagai karyawan sebuah perusahaan. Dua hal ini saja sudah menyita waktu. Jika masih ada waktu senggang, saya masih akan bisa tamasya mengunjungi tempat-tempat asyik di sini dan bergaul dengan teman-teman yang asyik saja.

Bukan berarti saya masa bodoh dengan keadaan bangsa. Namun, mungkin belum saatnya saya berkontribusi banyak, Nanti, jika waktunya tiba. Itu pun tentu saja bukan untuk memberantas korupsi yang memang bukan wewenang saya. Saya hanya ingin mengamalkan ilmu saya. Dengan cara beradab dan bermartabat. Saya ingin mendapat berkah, mengerjakan hanya yang baik untuk mendapat hal-hal yang baik pula. 

Comments

Popular posts from this blog

Out of The Box

Saya sedang tidak berminat berpaguyuban. Saya ingin banyak meluangkan waktu sendiri. Melakukan banyak hal yang berbeda dari biasanya, menemukan komunitas baru, dan lain sebagainya. Pelan-pelan saya melepaskan ketergantungan dari riuhnya pertemanan yang hiruk pikuk: bergerombol di cafe, bergerombol di club, bergerombol di bioskop. Waktu seperti menguap tanpa kualitas. Belakangan, saya jadi punya banyak waktu untuk mengecilkan lingkar perut, banyak waktu untuk membaca buku, membiarkan diri saya melebur dengan komunitas dan teman-teman baru, dan yang lebih penting, saya bisa punya waktu untuk mengamati diri saya. Sekedar merubah pola.

Billboard Udud

Pemprov DKI serius untuk menelikung para perokok aktif. Setelah mengeluarkan larangan merokok di beberapa kawasan, disusul dengan larangan beriklan bagi produsen rokok di jalan-jalan protokol. Mestinya, mulai Maret lalu, billboard iklan rokok yang semarak di sepanjang Sudirman, Gatot Subroto, dll itu tak sudah tak boleh lagi terpasang. Namun, pengecualian bagi pemasang iklan yang masa tayangnya belum habis, ditunggu hingga akhir masa kontrak. Sesederhana itukah? Seperti bisa ditebak, larangan-larangan apa pun yang diberlakukan pasti selalu diikuti sebuah koalisi kolusi. Tak ada hukuman bagi pengiklan iklan yang masih memasang billboardnya di sana walaupun tenggang waktu sudah terlewat. Yang terjadi adalah, adanya perpanjangan kontrak sebelum tenggang waktu itu habis. Sehingga iklan-iklan rokok itu akan terus terpasang selama masa kontrak yang diperpanjang. Jika perlu, kontrak untuk jangka waktu hingga masa kepemimpinan Sutiyoso berakhir. Sambil berharap, pemerintah provinsi yang baru a...

Payudara di Televisi Kita

Stasiun televisi kita, makin sering menampilkan program tv dengan bumbu payudara. Mungkin untuk menarik minat penonton. Semakin banyak penonton yang menyaksikan tayangan-tayangan mereka, rating acara akan membumbung, dan pengiklan datang. Namanya kompetisi, ya, bo. Tengok saja panggung dangdut, panggung penari, peragaan busana, hingga seserahan sambutan pun tak luput dari sajian payudara. Beberapa siaran langsung, lainnya siaran tunda. Katakan, 'munculnya' payudara di acara tersebut adalah sebuah insiden. Sangat maklum jika kejadian tersebut terjadi pada siaran langsung. Namun jika tayangan itu bukan langsung dan masih juga kecolongan? Please, deh. Jika peristiwa-peristiwa itu memang tak dikehendaki bersama, demi amannya, apa sebaiknya pihak stasiun membuat rambu-rambu khusus perihal busana seperti apa saja yang boleh digunakan oleh siapapun yang akan disorot kamera? Tentunya tanpa harus memasung demokrasi berekpresi.