Suatu ketika, saya diomeli satpam kampus karena lupa membawa kartu akses ruangan. Setiap mahasiswa PhD punya ruang bekerja yang tak boleh dimasuki oleh orang lain yang tidak berwenang. Begitu menyadari kartu akses tak ada di tangan, saya langsung menghubungi satpam untuk membantu membukakan pintu dan mengijinkan saya masuk.
Lah, namanya lupa. Satpam malah menyuruh saya balik ke rumah untuk ambil. Dia juga menyamakan tanggung jawab saya sebagai mahasiswa dengan dia, sebagai karyawan. Eit, nanti dulu. Dia bekerja dan digaji, saya belajar dan bayar SPP. Bagaimana bisa sama? Karena dia terus mengomel dan menyalahkan, saya ancam akan melaporkan ke pihak kampus dengan tuduhan tindakan tidak menyenangkan. Dia melongo.
Begitu dia pergi, saya langsung menelpon koordinator mahasiswa. Saya merasa perlu membela hak saya sebagai konsumen dari sebuah lembaga institusi yang saya bayar. Saya mendapat dukungan atas tindakan itu. Pihak kampus ada di belakang saya.
Tak lama si satpam datang lagi. Dengan gagah dia bilang sudah bicara dengan atasannya dan dia minta saya keluar dari ruangan saat itu juga sambil menunjukkan lembar aturan yang berlapis-lapis. Saya tak mau berdebat, saya tinggal angkat telpon minta urusan ditangani oleh pihak kampus. Ringkasnya, pihak satpam mengaku salah dan mereka bersedia merubah sistem yang dapat merugikan mahasiswa.
Comments