Media Group, grup perusahaan media yang menaungi Media Indonesia dan Metro TV meradang ketika Dipo Alam, Sekretaris Kabinet menyerukan boikot kepada sejumlah media termasuk dua media tadi karena sering mengkritik pemerintah.
Jika saya amati, Media Group sangat punya alasan untuk protes. Bayangkan saja, iklan utama yang diperoleh oleh Media Indonesia adalah dari pemerintah berupa pemberitahuan-pemberitahuan lelang yang penuh sesak halaman demi halaman dari surat kabar itu. Saya pernah heran kenapa hanya di koran itu iklan lelang ramai. Setting apa? Mantan atasan saya kalau mau lihat iklan lelang, cukup beli Media Indonesia.
Hal sama juga terjadi dengan Metro TV. Program talk show televisi ini banyaknya adalah pesanan dari pemerintah dan LSM.
Kalau diboikot, pasti mereka merugi, bangkrut. Mengapa Dipo Alam berang? Kalau kita berpikir waras, akan memaklumi juga dasar pemikiran dia. Seolah: "Lho, kok, mengkritik? Padahal kalian hidup dari gue?"
Menurut sejumlah pengamat, Dipo Alam tak harus bereaksi seperti itu jika merasa dirugikan oleh media. Dia hanya boleh protes dengan menggunakan hak jawab, misalnya, mengirim surat ke media yang bersangkutan. Sementara Pak Menteri ini keukeuh juga merasa benar.
Begitulah. Pihak satu merasa punya kuasa atas nama jabatan, pihak lainnya merasa kuasa atas nama pengontrol yang punya kekuasaan...
Comments