Skip to main content

Media Group Meradang, Menerjang, Mengerang, Bangkrut...

Media Group, grup perusahaan media yang menaungi Media Indonesia dan Metro TV meradang ketika Dipo Alam, Sekretaris Kabinet menyerukan boikot kepada sejumlah media termasuk dua media tadi karena sering mengkritik pemerintah.

Jika saya amati, Media Group sangat punya alasan untuk protes. Bayangkan saja, iklan utama yang diperoleh oleh Media Indonesia adalah dari pemerintah berupa pemberitahuan-pemberitahuan lelang yang penuh sesak halaman demi halaman dari surat kabar itu. Saya pernah heran kenapa hanya di koran itu iklan lelang ramai. Setting apa? Mantan atasan saya kalau mau lihat iklan lelang, cukup beli Media Indonesia.

Hal sama juga terjadi dengan Metro TV. Program talk show televisi ini banyaknya adalah pesanan dari pemerintah dan LSM. 

Kalau diboikot, pasti mereka merugi, bangkrut. Mengapa Dipo Alam berang? Kalau kita berpikir waras, akan memaklumi juga dasar pemikiran dia. Seolah: "Lho, kok, mengkritik? Padahal kalian hidup dari gue?"

Menurut sejumlah pengamat, Dipo Alam tak harus bereaksi seperti itu jika merasa dirugikan oleh media. Dia hanya boleh protes dengan menggunakan hak jawab, misalnya, mengirim surat ke media yang bersangkutan. Sementara Pak Menteri ini keukeuh juga merasa benar. 

Begitulah. Pihak satu merasa punya kuasa atas nama jabatan, pihak lainnya merasa kuasa atas nama pengontrol yang punya kekuasaan...

Comments

Popular posts from this blog

Out of The Box

Saya sedang tidak berminat berpaguyuban. Saya ingin banyak meluangkan waktu sendiri. Melakukan banyak hal yang berbeda dari biasanya, menemukan komunitas baru, dan lain sebagainya. Pelan-pelan saya melepaskan ketergantungan dari riuhnya pertemanan yang hiruk pikuk: bergerombol di cafe, bergerombol di club, bergerombol di bioskop. Waktu seperti menguap tanpa kualitas. Belakangan, saya jadi punya banyak waktu untuk mengecilkan lingkar perut, banyak waktu untuk membaca buku, membiarkan diri saya melebur dengan komunitas dan teman-teman baru, dan yang lebih penting, saya bisa punya waktu untuk mengamati diri saya. Sekedar merubah pola.

Billboard Udud

Pemprov DKI serius untuk menelikung para perokok aktif. Setelah mengeluarkan larangan merokok di beberapa kawasan, disusul dengan larangan beriklan bagi produsen rokok di jalan-jalan protokol. Mestinya, mulai Maret lalu, billboard iklan rokok yang semarak di sepanjang Sudirman, Gatot Subroto, dll itu tak sudah tak boleh lagi terpasang. Namun, pengecualian bagi pemasang iklan yang masa tayangnya belum habis, ditunggu hingga akhir masa kontrak. Sesederhana itukah? Seperti bisa ditebak, larangan-larangan apa pun yang diberlakukan pasti selalu diikuti sebuah koalisi kolusi. Tak ada hukuman bagi pengiklan iklan yang masih memasang billboardnya di sana walaupun tenggang waktu sudah terlewat. Yang terjadi adalah, adanya perpanjangan kontrak sebelum tenggang waktu itu habis. Sehingga iklan-iklan rokok itu akan terus terpasang selama masa kontrak yang diperpanjang. Jika perlu, kontrak untuk jangka waktu hingga masa kepemimpinan Sutiyoso berakhir. Sambil berharap, pemerintah provinsi yang baru a...

Payudara di Televisi Kita

Stasiun televisi kita, makin sering menampilkan program tv dengan bumbu payudara. Mungkin untuk menarik minat penonton. Semakin banyak penonton yang menyaksikan tayangan-tayangan mereka, rating acara akan membumbung, dan pengiklan datang. Namanya kompetisi, ya, bo. Tengok saja panggung dangdut, panggung penari, peragaan busana, hingga seserahan sambutan pun tak luput dari sajian payudara. Beberapa siaran langsung, lainnya siaran tunda. Katakan, 'munculnya' payudara di acara tersebut adalah sebuah insiden. Sangat maklum jika kejadian tersebut terjadi pada siaran langsung. Namun jika tayangan itu bukan langsung dan masih juga kecolongan? Please, deh. Jika peristiwa-peristiwa itu memang tak dikehendaki bersama, demi amannya, apa sebaiknya pihak stasiun membuat rambu-rambu khusus perihal busana seperti apa saja yang boleh digunakan oleh siapapun yang akan disorot kamera? Tentunya tanpa harus memasung demokrasi berekpresi.