Nasib hidup seringkali penuh kejutan. Apa yang sudah kita miliki bisa tiba-tiba tercerabut dari tangan. Mengingatkan pada apa yang pernah saya alami. Pernah suatu ketika, dengan sebuah kesadaran, saya meninggalkan semua yang pernah menjadi bagian dari kebanggaan saya untuk memulai sesuatu yang baru, sekedar mendengarkan kata hati untuk mencari hal yang benar-benar sesuai dengan keinginan saya. Agak berbeda dengan film 'The Company Man', para tokoh utama di film ini menjalani nasib mereka dengan cara berbeda setelah dengan tiba-tiba mereka terkena PHK padahal perusahaan mereka dalam keadaan baik dan prestasi mereka pun sungguh memukau.
Tokoh pertama, yang termuda dari ketiganya, sibuk melamar ke sana ke mari atas dorongan istrinya, pasangan yang sangat mengerti, mendukung, dan bersahaja, yang melunakkan hati pongah sang suami untuk menyadari keadaan. Hingga tokoh ini mau melakukan pekerjaan apa pun asal bisa menopang hidup keluarga, termasuk merelakan rumah impian mereka untuk dijual dan kembali tinggal bersama orang tua.
Tokoh kedua, lelaki tua yang sesungguhnya berprestasi. Namun usia telah menghalanginya untuk mendapatkan pekerjaan yang tepat untuknya. Istrinya malah memintanya untuk terus bersandiwara karena malu sama tetangga. Tak kuat menghadapi problema yang menurutnya berat itu, ia memilih untuk menghirup gas beracun di garasi rumahnya.
Tokoh ketiga, paling berkedudukan di antara semua. Mungkin yang paling sakit hati karena pemilik perusahaan yang memecatnya adalah sahabatnya sendiri yang sejak awal membangun perusahaan dari bukan apa-apa menjadi salah satu perusaan terbesar. Ia memilih selingkungannya untuk menjadi juru pendengar setia. Hingga akhirnya ia bangkit, membangun usaha baru dari nol dengan mengumpulkan mantan-mantan karyawan dari perusahaan terdahulu untuk kemudian ia rekrut menjadi karyawannya.
Kisah kejatuhan dan kebangkitan yang menginspirasi. "I will win. Why? Because I have faith, courage, enthusiasm..."
Comments