Sekitar jam 1 pagi, isteri saya uring-uringan. Ada cairan banyak yang keluar dari tubuhnya, yang tak bisa dia bendung. Ketubankah? Bukankah belum waktunya melahirkan? Buru-buru saya menelpon rumah sakit, yang menyarankan agar istri saya segera dibawa ke rumah sakit untuk diobservasi. Setelah menitipkan Basil ke housemate, pagi buta itu juga saya dan istri ke rumah sakit.
Kesimpulannya, benar, cairan itu adalah ketuban. Istri saya ditahan untuk pemeriksaan dan observasi lebih lanjut. Dokter yang memeriksa bilang, cuaca yang ekstrim seperti akhir-akhir ini bisa juga mempengaruhi pengalaman air ketuban. Bahkan hari itu, ada 5 orang ibu yang mengalami hal serupa. Pagi ini saya boleh pulang. Iya, saya membayangkan bagaimana Basil jika terbangun dan tak menemukan saya atau mama-nya di tempat tidur.
Pagi ini, saya beraktifitas seperti biasa: ke kampus. Karena darurat, saya bawa Basil ke kampus. Kami sibuk. Dan istri saya pun sibuk SMS mengabari keadaannya. Hingga siangnya, seorang Midwife - bidan - mengingatkan saya bahwa istri saya bisa saja lahir kapan saja hari ini. Hah? Saya segera berkemas ke rumah sakit.
Kondisi istri saya menunjukkan bahwa dia memang akan segera melahirkan. Saya perlu terus mendampingi istri karena itu yang diharapkan pihak rumah sakit juga. Tapi bingung juga bagaimana dengan Basil? Saya menelpon seorang sahabat. Dia bersedia dan bisa hadir sekitar jam 5. Saya berharap supaya dia tidak terlambat.
Lalu peristiwa besar itu datang. Istri saya melahirkan, secara normal, hal yang dia takutkan sebetulnya. Dan alhamdulillah, saya berada di sana menyaksikan dan menemani bagaimana perjuangan dia melahirkan. Meskipun berat si bayi sangat minor, tapi secara keseluruhan dia sehat kelihatannya. Mudah-mudahan begitu.
Comments