Sejak Anas Urbaningrum ditetapkan jadi tersangka, nafsu saya untuk ber-twitter-an lenyap seketika. Terkahir saya twitting tanggal 23 Februari. Ada rasa kecewa, mual, marah, dan putus aja yang bercampur aduk. Aneh rasanya. Setidaknya untuk saat ini, saya mau istirahat dulu. Entah nanti kapan-kapan.
Bayangkan: dua pimpinan parpol besar; sejumlah menteri; sejumlah pimpinan daerah; sejumlah anggota DPR. Kasus Anas mungkin klimaks dari segala kekecewaan. Dan Twitter medium dimana orang bersumpah serapah. Kacau rasanya hati membayangkan negara dirampok orang-orang edan demi hawa nafsu duniawi.
Saya sedang membayangkan memiliki tenaga super untuk bisa membabat manusis-manusia serakah itu. Kekuatan semacam telepati yang bisa mempengaruhi orang-orang itu bicara dan bertindak jujur. Tak saja bagi orang-orang yang sudah dijadikan tersangka, tapi juga mereka yang sering disebut media sebagai orang-orang lancung meskipun belum terungkap/diungkap aparat.
Bye bye Twitter. Saat ini saya memang sedang galau. Mungkin lain kali, saya akan teruskan lagi.
Comments