Hari kedua conference. Hampir saya dibuat bete oleh sopir tuk-tuk yang mengantar saya dari hotel ke tempat konferensi. Dari awal saya sudah bilang dengan jelas tujuan saya dan saya tanya apakah sopir itu tahu. Dia mengangguk. Eh, ternyata saya malah dibawa berputar keliling Colombo. Ada tiga hotel dengan nama Cinnamon di kota ini dan tiga-tiganya dia kunjungi. Bedebah.
Ketika saya melihat tiga orang polisi di pinggir jalan, saya langsung melaporkan kelakukan sopir itu. Saya mencak-mencak. "Gue datang ke sini untuk menolong negara loe. Kenapa loe malah jahatin gue?" Begitu kira-kira saya ngomel. Sopir itu entah ngomong apa, tapi dia minta maaf setelah entah diomongin apa oleh polisi tadi. Malah dia bilang tak apa kalau saya tak bayar pun. Nggak boleh memanfaatkan situasi-lah. Saya tetap bayar sesuai argo. Malah saya mendoakan dia agar hidup dia lebih baik dari hari ini. Saya baik kan?
Hari terakhir. Saya memilih duduk di bagian belakang ruangan, sambil membuka laptop. Saya baru mendapat feedback dari research supervior untuk thesis saya. Harus segera selesai mengingat deadline akhir bulan ini. Alhamdulillah, banyak yang bisa saya kerjakan.
Di ujung kegiatan konferensi, ternyata masih ada pengumuman untuk pemilihan paper terbaik. Kemarin saya sudah dapat satu medali. Jadi saya tak berharap akan mendapatkan medali lainnya. Satu sudah lebih dari cukup menurut saya. Eh, ternyata nasib berkata lain. Paper saya terpilih sebagai paper terbaik dari seluruh peserta. Wah. Ini sangat luar biasa bagi saya. Dua medali! Satu untuk best presentation, satu untuk best paper.
Dan tak mau buru-buru pulang ke hotel. Begitu ada ajakan untuk sekedar hang out bersama peserta konferensi lain, saya iya-kan saja. Main dengan anak-anak muda usia dua-puluh tahunan, jiwa serasa muda kembali. By the way, heran juga mereka tertarik ngajak saya main. Apa saya memang terlihat seusia mereka?
Comments