Sri Lankans call it 'metered taxi', or 'tuktuk'. We say it's 'bajaj'. Bentuknya sama persis dengan bajaj yang banyak di Jakarta, namun suaranya sangat halus dan mereka punya argometer. Tiap naik, harga minimum yang harus dibayar adalah 50 Rupee. Apakah tidak ada taxi sedan atau yang mirip sedan? Saya hampir berpikir demikian. Soalnya, selama dua hari saya tinggal di Colombo, saya belum pernah lihat taxi yang benar-benar taxi pada umumnya. Namun tadi malam sepulang dari konferensi, saya melihat satu sedan mini dengan karakterisitk taxi masuk halaman hotel. Mungkin memang jarang.
Saya sedang tidak berminat berpaguyuban. Saya ingin banyak meluangkan waktu sendiri. Melakukan banyak hal yang berbeda dari biasanya, menemukan komunitas baru, dan lain sebagainya. Pelan-pelan saya melepaskan ketergantungan dari riuhnya pertemanan yang hiruk pikuk: bergerombol di cafe, bergerombol di club, bergerombol di bioskop. Waktu seperti menguap tanpa kualitas. Belakangan, saya jadi punya banyak waktu untuk mengecilkan lingkar perut, banyak waktu untuk membaca buku, membiarkan diri saya melebur dengan komunitas dan teman-teman baru, dan yang lebih penting, saya bisa punya waktu untuk mengamati diri saya. Sekedar merubah pola.
Comments