Gelisah. Saya dengar cerita tentang seorang rekan dosen yang sedang mengajukan kenaikan pangkat untuk menjadi guru besar, harus menerima kenyataan bahwa banyak dari karya penelitiannya ditolak oleh penguji dari Dikti karena sejumlah alasan, terutama karena tidak sesuai dengan bidang keilmuannya.
Saya belum sempat bertanya langsung ke dosen yang bersangkutan. Tapi saya sudah gelisah duluan. Menjadi guru besar adalah obsesi saya sebagai pengajar di universitas. Saya mencoba hati-hati agar apa yang saya persiapkan jauh-jauh hari ini tidak sia-sia. Namun informasi yang saya dapat tentang persyaratan menuju guru besar tidak padat: satu orang bilang begini, satu orang begitu.
Saya pernah berdialog dengan seorang profesor. Beliau menyarankan syarat segitiga yang saling berkaitan: pendidikan S3, penelitian, dan pengajaran, harus sejalan. Ini tentu hal mudah jika kita jaga dengan baik. Tapi apakah semudah ini?
Informasi dari Dikti tidak begitu rinci menjelaskan, kecuali nilai kredit yang harus dimiliki seorang pelamar. Misalnya, minimal 850. Bagi saya, menurut saya, mudah-mudahan bukan jumawa, untuk meraih angka kredit sebesar itu mungkin tidak terlalu sulit. Ada lagi yang bilang, setiap dosen harus punya publikasi di jurnal internasional. Lagi, menurut saya, ini tak terlalu sulit. Selama ada usaha, insyaallah akan ada jalan. Namun, mudah-mudahan ini hanya asumsi saya, ada syarat yang tak tertulis yang justeru menjadi kendala besar. Hal yang tak tertulis ini yang misterius. Artinya ada ketidaktransparanan dalam pengujian proposal guru besar.
Comments