Melakukan perubahan, sekecil apapun, ternyata tidak mudah. Namun bukan berarti gagal sama sekali. Cuma, memang butuh waktu, usaha lebih keras, dan kesabaran.
Di tempat saya mengajar, sejak saya pulang kuliah dari Australia, saya mulai memperkenalkan kepada mahasiswa bimbingan saya untuk membuat model penelitian dengan banyak variabel, bisa empat hingga lima buah. Saya juga mengajak mereka menggunakan Amos. Mahasiswa tidak keberatan, eh, malah dosen-dosennya yang ribut. Tapi, seiring waktu berjalan, semakin banyak mahasiswa yang meskipun bukan bimbingan saya, mereka membawa penelitian dengan banyak variabel. Artinya, penelitian di fakultas telah berubah. Good point.
Lalu apa bagusnya penelitian dengan banyak variabel untuk anak S-1 jika dengan dua variabel saja boleh? Pertama, tantangan. Memberikan mahasiswa tantangan pekerjaan yang lebih besar. Jika mereka merasa mampu, go ahead. Jangan under estimate kepada mereka. Kedua, dosen pembimbing bisa menikmati data yang dikumpulkan oleh mahasiswa, untuk kemudian diolah, dan dipublikasikan bersama. Mutualisme.
Saat ini, saya memperkenalkan skala Likert yang bukan lima point, tapi enam point. Gempar. Banyak dosen yang tidak terima. Hmmm. Saya juga memperkenalkan projective technique, dimana responden yang dipilih digunakan untuk mengukur perilaku orang lain. Gempar lagi. Seru ya.
Selama ini, tanpa perubahan, orang-orang keenakan dalam comfort zone. Sehingga lupa untuk belajar, menentang pembaharuan, dan cenderung bertahan dalam zona nyaman itu.
Comments