Sehabis jam kantor, janji bertemu dengan seorang sahabat. Bicara dan mendengar banyak tentang A sampai Z, di sebuah cafe. Hal yang sudah lama sekali tidak saya lakukan.
Lalu sebuah pembicaraan yang sarat makna. sepertinya penting sekali untuk saya jalankan: menjaga diri, menjaga lisan. Ketika saya tidak mungkin melakukan kriminalitas, tidak mengumbar cerita adalah bentuk lain dari menjaga diri. Katanya, jangan terpancing mencari dan memberi tahu tentang apa pun dan kepada siapa pun. Betul saya rasa. Banyak tahu, jadinya besar keinginan untuk banyak bercerita. Nah.
Lalu terdiam. Mengamini untuk waspada. Sebuah peringatan. Lalu mengingat-ingat apa saja yang mungkin sudah saya lakukan. Kita berpikir teman, tapi bisa saja ia seorang lawan. Musuh dalam selimut. Setiap hari adalah perjuangan dan dalam setiap perjuangan, selalu saja ada pengkhianatan. Teman yang kita maksud itu bisa jadi berkhianat. Saya mendengar beberapa orang dekat saya yang jadi korban pengkhianatan.
Lalu merenung. Hidup tidak untuk bermusuhan. Tapi ada saja gegara. Diam saja dimusuhin, apalagi jika bertindak. Bertindak baik untuk menolong saja dimusuhin, apalagi berbuat jahat. Kita tidak bisa mengontrol semua orang untuk mengerti kita, menyetujui kita.
Lalu lainnya. Satu panggung tidak untuk dua bintang. Seseorang mungkin akan merasa tersaingi ketika saya tampil meskipun bukan maksud saya untuk begitu. Karena buruk sangka, karena kualitas hati, karena cemburu orang itu.
Lalu berdoa. Semoga Allah, mengingatkan saya untuk terus menjaga diri, tindakan dan lisan. Dan, menjauhkan saya dari orang-orang dzolim.
Comments