Ita, adik saya ke tiga. Begitu Juli lalu kami mendengar kabar tentang dia sakit, saya, dan juga anggota keluarga lain sudah pasrah. Bahkan Ita pun sudah memasrahkan diri. Maut adalah urusan Allah. Namun usaha kami tidak sedikit sebagai syarat perjuangan seorang Muslim untuk bertahan. Ketika kehendak-Nya tak bisa kami tolak, hanya imanlah yang bisa mendamaikan hati kami. Selamat jalan, adikku... We'll miss you.
Saya sedang tidak berminat berpaguyuban. Saya ingin banyak meluangkan waktu sendiri. Melakukan banyak hal yang berbeda dari biasanya, menemukan komunitas baru, dan lain sebagainya. Pelan-pelan saya melepaskan ketergantungan dari riuhnya pertemanan yang hiruk pikuk: bergerombol di cafe, bergerombol di club, bergerombol di bioskop. Waktu seperti menguap tanpa kualitas. Belakangan, saya jadi punya banyak waktu untuk mengecilkan lingkar perut, banyak waktu untuk membaca buku, membiarkan diri saya melebur dengan komunitas dan teman-teman baru, dan yang lebih penting, saya bisa punya waktu untuk mengamati diri saya. Sekedar merubah pola.
Comments