Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2006

Meeting New Friends at Fort Beneficio

Saya punya seorang kontak di Manila: Jun Nenada. Ini teman online saya dari Multiply. Dia penggemar fotografi dan olah digital. Karya-karya sangat menarik. Jun mengundang saya bertemu, kebetulan dia punya jadual bertemu dengan sejumlah kawannya, sama-sama penggemar bahkan ada yang berprofesi sebagai fotografer, dan mereka juga anggota dari Multiply. Pertemuannya di sebuah restoran di Fort Beneficio, kawasan di luar Makati. Kami bersepuluh. Meskipun restoran casual, tapi keamanan di sana ketat sekali. Seperti juga di semua tempat di Manila. Lebih-lebih dari Jakarta saya rasa. Tempat ini berisi kafe-kafe dengan beragam tema dan menu. Ngobrol sampai larut dengan berbotol-botol bir, ciri khas hang out mereka. Demi menghormati tuan rumah, saya ikut menenggak bir. Tapi belom separuh botol saja kepala sudah berasa kleyengan.

Manila Bay

Teluk Manila tidak sangat indah. Kotor, sama sekali tidak sedap dipandang mata. Tapi pemerintah setempat mengemasnya menjadi sesuatu yang bisa dijual. Setiap sore hingga malam, di sepanjang bibir teluk yang bertrotoar lebar, para pedagang makanan berjajar membuat suasana pesta sepanjang malam. Live band dan berbagai pertunjukan. Layaknya pasar malam. Di teluk itu pula berdiri bangunan Kedubes Amerika. Sayang, saya tak selalu berkesempatan untuk datang ke sana. Apalagi setelah terjadi penahanan terhadap diri saya oleh Kedubes Amerika, saya jadi paranoid.

Kembang Sepatu @Manila

Kembang sepatu atau sesuatu yang mirip dengan kembang sepatu, menjadi ikon bagi Metro Manila. Di setiap jengkal kota, image kembang sepatu dimunculkan dengan berbagai bentuk.

Post Office @Manila

Kantor Pos Besar Manila.

Teatro @Manila

Gedung teater ini bersebrangan dengan Kantor Pos Pusat Manila. Sayang sudah tak berfungsi lagi.

City Identity

Salah satu identitas kota, tutup drainage. Ini menunjukan saya sedang berada di mana: Manila.

Patung Kuda di SCBD Makati

Hampir di setiap sudut Metro Manila, bahkan Makati, patung-patung dengan thema atau yang menggambarkan tokoh tertentu dibangun untuk menyeimbangkan antara seni, sejarah negeri, dan dinamika kota.

Paco Park & Cemetary

Ini taman pekuburan, dipagari tembok tinggi berbentuk lingkaran seperti stadion bola. Sayang tak punya kesempatan masuk ke dalam taman ini. Sepertinya bagus. Hari itu, ada pesta pernikahan. Seharian penuh, taman di- booking .

Ayala Bridge

Berdiri kokoh di atas sungai Pasig. Dihiasai bendera-bendera kebangsaan dan kembang sepatu.

Fireworks in Progress

Menjelang malam pergantian tahun, pesta kota sudah mulai disiapkan. Sebuah ruas jalan di tengah pusat bisnis Makati diblokir untuk dipasangi kembang api ukuran besar-besar. Sayang, saya sudah harus berangkat ke Kuala Lumpur.

Mesjid di Kawasan Muslim Manila

Di sebuah perkampungan kumuh di jantung Manila, sebuah mesjid berdiri. Di depan mesjid, merupakan pusat penjualan berbagai DVD dan VCD bajakan.

Pepsi in Jail

Sebuah poster iklan Pepsi di balik terali jendela rumah.

Sleeping Men @Manila

Banyak orang yang tak punya rumah di Manila. Bahkan mereka tidur di mana saja mereka mau, di kawasan dimana tak diusir oleh petugas keamanan.

Greenbelt Park

Di SCBD Makati, sebuah bangunan taman, merangkap jembatan yang menghubungkan satu ma ll dengan bangunan lain, berisi cafe-cafe, pertokoan, dan gallery. Sangat ramai dikunjungi, baik sekedar lewat maupun sengaja untuk menikmati suasana di sana. Konsep yang menarik, sabuk hijau, penghubung yang hijau.

Inside Jeepney

Karena badannya lebar, dalamnya pun lega. Tidak seperti angkot di Indonesia yang karena sempitnya bisa adu dengkal antar penumpang. Sebagian jeeepney berjendela tapi tak berkaca. Angin sepoy-sepoy berasa langsung. Saya tak bisa membayangkan jika hujan tiba-tiba.

Basilica Ng Nazareno

Letaknya yang sangat strategis menjadikan gereja ini menjadi pusat religi yang ramai dikunjungi. Orang mau bekerja, orang mau ke pasar, masih sempat mampir. Apalagi menjelang tahun baru biasanya banyak prosesi keagamaan yang diselenggarakan di sana. Di depan gereja, selain para penjaja bunga dan lilin, juga banyak para peramal menawarkan jasa.

Malate in the Morning

Malate terasa sangat menggairahkan jika matahari hari sudah tinggi hingga tengah malam bahkan pagi. Hotel berbintang lima hingga penginapan kelas dorm. Restoran, pub, karaoke, panti pijat... Ini kawasan turis, juga kawasan para penduduk lokal bertemu agen tenaga kerja untuk tujuan luar negeri.

Pasig River @Manila

Dengan sungai selebar ini, mestinya Manila bisa memiliki transportasi air untuk mengurasi ketergantungan masyarakatnya menggunakan jalan raya. Setidaknya, untuk konsumsi turis. Jika ada upaya ke arah sana, satu persatu usaha untuk membuat sungai dan kawasan di sepanjang sungai bersih dan indah akan dilakukan. Tentunya supaya turis suka dan senang berwisata. Apalagi sungai ini membiliki sejarah panjang tentang perjuangan bangsa Filipina. Saat ini, sungai dikotori oleh banyak eceng gondok. Sungai Pasig membelah kota Manila dan bermuara di teluk Manila. Salah satu daerah tujuan turis yang terletak di bibir sungai Pasig ini adalah Intramuros.

Good Morning, Pals!

Jika pagi tiba, satu per satu tamu guesthouse akan mengisi living room atau bahkan teras balkon. Ada yang buka internet, mengisi jurnal, membuat teh hangat atau kopi, memesan sarapan omelet dengan sosis babi, atau sekedar bermalas-malasan di tempat tidur. Sebagian tamu masih nyenyak tidur karena pesta hingga pagi. Sebagian check out pagi-pagi sekali. Beberapa memilih berkeliling untuk sightseeing. Suasana seperti inilah yang saya suka dari sebuah perjalanan ke negeri orang.

Eleven Minutes

Pada malam pertama tiba di Metro Manila, saya sempat jalan-jalan ke salah satu mal terbesar di Philippines, yang kokon, terbesar juga di Asia. Namanya Mall of Asia. Letaknya tak jauh dari hostel yang saya tinggali. Saya menemukan salah satu buku terbaru dari Paulo Coelho: Eleven Minutes. Sambil jika lelah jalan kaki berkeliling kota Manila, saya akan duduk di sebuah taman atau pedestrian yang lebar dan bersih. Melahap Coelho.

Move In to Malate

Saya pindah ke sebuah guesthouse di daerah Malate, Manila. Namanya Friendly Guesthouse di jalan Jose Nakpil. Ini benar-benar Manita City. Kawasan turis sejati. Banyak hotel dari yang mahal hingga kelas backpackers. Tempat makan, hiburan, mall. Karena dari sini emang sangat dekat kemana-mana. Tinggal jalan kaki saja. Dekat dermaga, dekat statsiun kereta. Saya ambil dorm, dengan 5 tempat tidur susun. Jika terisi penuh akan ada 10 tamu dalam satu kamar. Who cares? Yang penting kan murah. Saya hanya membayar P250 per malam.

Intramuros

Sebuah nama jalan yang berada di kawasan Intramuros. Intramuros adalah sebuah benteng kota tua Manila yang berumur tua. Didirikan oleh Spanyol. Namun benteng ini kemudian dihancurkan oleh tentara Jepang pada jaman Perang Dunia kedua.

Carolina Townhouse @Manila

Guesthouse di kawasan Baclaran, Roxas Blv. Saya pesan melalui internet dengan tarif sekitar 17 USD per malam. Tempat ini lebih dekat ke Ninoy Aquino Airport. Jauh dari mana-mana sehingga kalau mau kemana-mana mesti pakai taksi. Atas pertimbangan ini, setelah tiga malam menginap di sana saya putuskan untuk mencari hotel yang lebih murah. Seorang tamu dari Jerman memberi tahukan saya hotel di kawasan Malate. Ketika saya ditangkap di depan keduataan Amerika di Manila karena menenteng kamera, mereka sempat menghubungi hotel yang saya sebutkan ini. Saya dianggap berbohong karena nama saya tak terdaftar di sana. Tentu saja saya berang telah dituduh berbohong.

Jeepneys @Manila

Rosario

Penduduk Manila kemungkinan sangat religius. Di hampir semua taksi yang saya tumpangi, mereka selalu menggantungkan rosario di kaca spion mereka.

Manila Trip: the Flag

Intramuros: I've been here

Padahal, perjalanan akhir tahun lalu itu saya dedikasikan ke India. Saya sudah mendambakannya sejak dua tahun lalu. Namun ketika saatnya saya memilih, entah kenapa tiba-tiba Filipina yang jadi tujuan. Menyesalkah? Rasanya tidak juga. Saya belum pernah pergi ke Filipina. Entahlah. Sesuatu tiba-tiba menyeruak dalam dada saya. Sesuatu yang begitu kuat. Hari pertama di Manila, saya sempatkan ke Intramuros. Sebuah situs peninggalan bangsa Spanyol saat menduduki Filipina. Hampir semua bangunan aseli telah dihancurkan Jepang dan Amerika saat Perang Dunia Pertama. Beberapa bangunan didirikan ulang, terutama gereja. Satu perasaan aneh menyelinap. Seolah saya pernah tinggal di sana. Seolah saya mengenali tempat tersebut. Ya, kunjungan ini seperti ziarah. Mengok ke masa lalu yang dari kehidupan masa lalu saya. Well, saya anggaplah begitu. Mengunjungi sekali rasanya tak terlalu memuaskan. Maka keesokan harinya, saya pergi lagi ke Intramuros. Sepuas-puasnya saya di sana. Sepertinya saya mem...

Manila Trip: Mabuhay

Salah seorang sahabat saya bilang, Manila seperti Jakarta saja. Seorang sahabat lain bilang, Manila seperti Bekasi. Oh, Lord. Saya berdoa semoga mereka salah semua.Tapi kemacetan di dalam kota betul-betul saya nyaris percaya.

Manila Trip: Bus to the Metro

Saya benar-benar harus memastikan bahwa saya bisa segera mendapatkan kendaraan tumpangan ke Manila. Jika tidak, saya tidak tahu lagi apakah ada bis lagi. Clart Airport sangat jauh dari peradaban, mengingat tempat ini bekas pangkalan angkatan bersenjata Amerika. Untuk tiba di Manila, saya harus mengeluarkan uang seharga P375. Perjalanannya sendiri memakan waktu sekitar 3 jam. Kata orang, itu karena jalanan di dalam kota macet. Biasanya tak selama itu. Saya mencoba untuk tidak merem supaya bisa melihat ke luar jendela seperti apa tampak wajah Filipina. Tapi karena lama tak tiba juga di tujuan, berkalikali saya tertidur dan terbangun, tertidur dan bangun lagi.

Clark Airport

Waktu Manila sekitar satu jam lebih cepat dari Jakarta. Airasia mendarat di Clark Airport, jauh dari kota. Lapangan udara ini bekas pangkalan Amerika yang kemudian diserahkan kepada pemerintahan Filipina. Selain Airasia, ada dua maskapai penerbangan lain yang mendarat dan terbarang dari sini, yaitu Cebu Pacific dan Seair. Semua penerbangan ini berbiaya murah.

Manila Trip: Manuel

Namanya Manuel, Pinoy, duduk satu baris di pesawat Airasia, dari Kuala Lumpur ke Clark, Filipina. Dia baru saja merayakan Natal, bersama kakaknya yang tinggal dan bekerja di KL. Dia sendiri belum bekerja walaupun sudah lulus kuliah sejak tahun 2002.

Clauds Over Metro Manila

Melintas langit Filipina, Selasa, 26 Desember.

Me about The Trip

Bareng Andy, teman dari KL.

Manequins

Stars in Town

Dari artis lokal Malaysia, Asia, hingga Hollywood. Bukit Bintang dikerumuni para bintang.

Me about The Trip

Kedai Orang Cina

Artinya apa, ya?