Skip to main content

Donor Plasma

Jika untuk donor darah, biasanya kita diminta untuk menyumbang darah tiga bulan sekali. Tapi untuk donor plasma, boleh dua minggu sekali. 

Beberapa bulan lalu, saya menjajal apakah saya boleh mendonorkan darah saya di Perth ini. Di Jakarta, saya sempat mendapat perhargaan ke-25 kali sampai akhirnya harus berhenti gara-gara suatu ketika badan saya sedang tidak fit karena begadang, tapi saya putuskan untuk tetap mendonor begitu sudah waktunya tiba. Alhasil, saya dinyatakan tidak boleh lagi mendonor sebelum ada treatment. Pihak PMI tidak memberikan solusi apa-apa. Waktu itu saya sangat kecewa. Sekian tahun kemudian, saya coba lagi. Ternyata pada file saya masih ada catatan tentang kesehatan saya. Kecewa yang berkepanjangan. Apalagi kemudian saya terkena malaria. Sudah putus harapan benar.

Begitu tinggal di Australia, saya punya harapan baru. Mereka sangat menghargai niat setiap orang untuk mendonor. Begitu terdeteksi darah saya mengandung antibodi malaria, saya masih diperbolehkan dan malah disemangati untuk mendonor plasma darah saja. Awalnya saya bingung. Namun setelah mendapat penjelasan, saya mengerti dan tentu saja mau.

Plasma itu bagian dari darah yang juga sangat dibutuhkan bagi orang-orang dengan penyakit tertentu. Ini kali kedua saya melakukannya setelah tiga minggu lalu juga datang. Waktu yang diperlukan untuk donor plasma lebih lama dari donor darah biasa. Bisa sampai satu jam.

Prosedurnya hampir sama dengan donor darah. Cuma, setelah darah keluar yang disalurkan melalui selang, darah dikembalikan ke dalam tubuh saya. Sementara cairan plasma akan tersaring dan masuk dalam kantong penampungan. 

Plasma darah
Alhamdulillah, masih bisa diberi kesempatan untuk melakukan kebaikan. Bukannya tanpa pamrih, tentu saja ada. Pertama, saya memiliki jadual tetap kontrol darah [apalagi dengan bawaan malaria, saya harus jaga kpndoso badan agar tetap stabil] dengan gratis [biaya kesehatan di Australia sangat mahal dan sepertinya untuk periksa darah tidak masuk dalam penggantian asuransi]. Kedua, bisa menolong orang, supaya orang-prang dengan mudah saya temui ketika saya butuhkan. Ketiga, ada alternatif kegiatan [bosan jika hanya melulu di kampus]. Keempat, melanjutkan kebiasaan masa lalu [nostalgia dengan kegiatan donor rutin di Jakarta]. Kelima, mengobati kekecewaan dengan pelayanan PMI. Keenam, supaya memiliki bonding yang lebih kuat dengan Australia.

Pamrih juga ibadah.

Comments

Anonymous said…
Wah terima kasih infonya Mas, soalnya saya juga aktif donor darah, kebetulan sekarang sedang berada di LN, suatu ketika saya ikut donor darah disini ,kemudian dari hasilnya saya di nyatakan punya antibodi HBc dan HBs , dan menurut regulasi Palang Merah mungkin yah ... katanya tidak boleh donor darah, tapi saya di harapkan mendonorkan plasma, karena bisa bermanfaat juga. Trims a lot informasinya, Insya Allah nanti saya coba untuk donor plasma
Anatomi Angin said…
yeah. pendonor plasma ternyata banyak juga di australia. ini bagi mereka yang karena beberapa alasan tidak bisa mendonorkan darahnya secara penuh.

good luck.

Popular posts from this blog

Out of The Box

Saya sedang tidak berminat berpaguyuban. Saya ingin banyak meluangkan waktu sendiri. Melakukan banyak hal yang berbeda dari biasanya, menemukan komunitas baru, dan lain sebagainya. Pelan-pelan saya melepaskan ketergantungan dari riuhnya pertemanan yang hiruk pikuk: bergerombol di cafe, bergerombol di club, bergerombol di bioskop. Waktu seperti menguap tanpa kualitas. Belakangan, saya jadi punya banyak waktu untuk mengecilkan lingkar perut, banyak waktu untuk membaca buku, membiarkan diri saya melebur dengan komunitas dan teman-teman baru, dan yang lebih penting, saya bisa punya waktu untuk mengamati diri saya. Sekedar merubah pola.

Billboard Udud

Pemprov DKI serius untuk menelikung para perokok aktif. Setelah mengeluarkan larangan merokok di beberapa kawasan, disusul dengan larangan beriklan bagi produsen rokok di jalan-jalan protokol. Mestinya, mulai Maret lalu, billboard iklan rokok yang semarak di sepanjang Sudirman, Gatot Subroto, dll itu tak sudah tak boleh lagi terpasang. Namun, pengecualian bagi pemasang iklan yang masa tayangnya belum habis, ditunggu hingga akhir masa kontrak. Sesederhana itukah? Seperti bisa ditebak, larangan-larangan apa pun yang diberlakukan pasti selalu diikuti sebuah koalisi kolusi. Tak ada hukuman bagi pengiklan iklan yang masih memasang billboardnya di sana walaupun tenggang waktu sudah terlewat. Yang terjadi adalah, adanya perpanjangan kontrak sebelum tenggang waktu itu habis. Sehingga iklan-iklan rokok itu akan terus terpasang selama masa kontrak yang diperpanjang. Jika perlu, kontrak untuk jangka waktu hingga masa kepemimpinan Sutiyoso berakhir. Sambil berharap, pemerintah provinsi yang baru a...

Payudara di Televisi Kita

Stasiun televisi kita, makin sering menampilkan program tv dengan bumbu payudara. Mungkin untuk menarik minat penonton. Semakin banyak penonton yang menyaksikan tayangan-tayangan mereka, rating acara akan membumbung, dan pengiklan datang. Namanya kompetisi, ya, bo. Tengok saja panggung dangdut, panggung penari, peragaan busana, hingga seserahan sambutan pun tak luput dari sajian payudara. Beberapa siaran langsung, lainnya siaran tunda. Katakan, 'munculnya' payudara di acara tersebut adalah sebuah insiden. Sangat maklum jika kejadian tersebut terjadi pada siaran langsung. Namun jika tayangan itu bukan langsung dan masih juga kecolongan? Please, deh. Jika peristiwa-peristiwa itu memang tak dikehendaki bersama, demi amannya, apa sebaiknya pihak stasiun membuat rambu-rambu khusus perihal busana seperti apa saja yang boleh digunakan oleh siapapun yang akan disorot kamera? Tentunya tanpa harus memasung demokrasi berekpresi.