Skip to main content

Susui Bayimu Sebelum Hewan Melakukannya

Menurut saya, perempuan yang menyusui bayinya adalah makhluk termulya di muka bumi ini. Bayangkan, dengan itu ia memberi kehidupan. Tuhan memberikan banyak dispensasi bagi Ibu yang menyusui, misalnya dengan tidak mengharuskan ia berpuasa.
Namun tugas mulya ini tak selalu bisa dilakukan oleh Ibu. Salah satu hambatannya adalah tubuh Ibu belum lancar memproduksi air susu. Air Susu Ibu diberitakan sangat baik untuk bayi agar bisa lebih imun dan dapat meningkatkan kecerdasan.
Memasuki hari keenam, Istri saya mendapati air susunya tak mengalir dengan baik. Hanya beberapa tetes saja hingga tak cukup memenuhi lambung si bayi. Tangisan bayi yang melengking membuat hati pilu.
Dengan sangat terpaksa akhirnya saya meluluskan permintaan istri, mencampur ASI dengan susu formula. Bukan karena issue bakteri yang belakangan ramai jadi topik berita, tapi karena memang saya lebih suka jika bayi-bayi mestinya hanya minum ASI saja. Apalagi bayi saya sendiri. Namun ternyata saya perlu kompromi.
Adalah hak bayi untuk mendapatkan yang terbaik bagi hidupnya. Karena ia belum berdaya menuntut, orang tualah yang mestinya memperjuangkannya. Betapa saya Bapak yang tak berguna. Inisiasi Menyusui Dini tak berhasil dilakukan. Kini ASI ekslusif juga gagal. Maafkan Bapakmu, Anakku.

Comments

Anonymous said…
belum terlambat untuk ASI eksklusif. Hubungi SELASI / klinik menyusui carolus, atau AIMI. Ibu menyusui perlu didukung 200 persen dan diberi kepercayaan diri. Semua pasti bisa.

Popular posts from this blog

Out of The Box

Saya sedang tidak berminat berpaguyuban. Saya ingin banyak meluangkan waktu sendiri. Melakukan banyak hal yang berbeda dari biasanya, menemukan komunitas baru, dan lain sebagainya. Pelan-pelan saya melepaskan ketergantungan dari riuhnya pertemanan yang hiruk pikuk: bergerombol di cafe, bergerombol di club, bergerombol di bioskop. Waktu seperti menguap tanpa kualitas. Belakangan, saya jadi punya banyak waktu untuk mengecilkan lingkar perut, banyak waktu untuk membaca buku, membiarkan diri saya melebur dengan komunitas dan teman-teman baru, dan yang lebih penting, saya bisa punya waktu untuk mengamati diri saya. Sekedar merubah pola.

Billboard Udud

Pemprov DKI serius untuk menelikung para perokok aktif. Setelah mengeluarkan larangan merokok di beberapa kawasan, disusul dengan larangan beriklan bagi produsen rokok di jalan-jalan protokol. Mestinya, mulai Maret lalu, billboard iklan rokok yang semarak di sepanjang Sudirman, Gatot Subroto, dll itu tak sudah tak boleh lagi terpasang. Namun, pengecualian bagi pemasang iklan yang masa tayangnya belum habis, ditunggu hingga akhir masa kontrak. Sesederhana itukah? Seperti bisa ditebak, larangan-larangan apa pun yang diberlakukan pasti selalu diikuti sebuah koalisi kolusi. Tak ada hukuman bagi pengiklan iklan yang masih memasang billboardnya di sana walaupun tenggang waktu sudah terlewat. Yang terjadi adalah, adanya perpanjangan kontrak sebelum tenggang waktu itu habis. Sehingga iklan-iklan rokok itu akan terus terpasang selama masa kontrak yang diperpanjang. Jika perlu, kontrak untuk jangka waktu hingga masa kepemimpinan Sutiyoso berakhir. Sambil berharap, pemerintah provinsi yang baru a...

Payudara di Televisi Kita

Stasiun televisi kita, makin sering menampilkan program tv dengan bumbu payudara. Mungkin untuk menarik minat penonton. Semakin banyak penonton yang menyaksikan tayangan-tayangan mereka, rating acara akan membumbung, dan pengiklan datang. Namanya kompetisi, ya, bo. Tengok saja panggung dangdut, panggung penari, peragaan busana, hingga seserahan sambutan pun tak luput dari sajian payudara. Beberapa siaran langsung, lainnya siaran tunda. Katakan, 'munculnya' payudara di acara tersebut adalah sebuah insiden. Sangat maklum jika kejadian tersebut terjadi pada siaran langsung. Namun jika tayangan itu bukan langsung dan masih juga kecolongan? Please, deh. Jika peristiwa-peristiwa itu memang tak dikehendaki bersama, demi amannya, apa sebaiknya pihak stasiun membuat rambu-rambu khusus perihal busana seperti apa saja yang boleh digunakan oleh siapapun yang akan disorot kamera? Tentunya tanpa harus memasung demokrasi berekpresi.