Akhirnya, setelah sholat Jumat, pertemuan saya dengan Dekan dan wakil-wakil dekan, saksi, dan teman yang menuduh saya melakukan pelecehan seksual terhadapnya, digelar. Awalnya, karena marah dan merasa terganggu, saya tak mau datang. Namun, akhirnya saya berubah pikiran ketika sejumlah sahabat mengingatkan saya agar datang, agar kasus segera berakhir, dan urusan menjadi jernih. Seperti telah diduga, pertemuan itu menjadi sangat lucu karena rekan saya yang menuduh saya itu, memiliki standar entah dari planet mana. Dia keukeuh kalau menyapa dia di tengah kerumunan orang dan menawari dia kursi untuk duduk itu dianggap pelecehan seksual. Dia juga keukeuh kalau pria, keluar dari kamar mandi sambil merapikan celana itu dianggap pelecehan seksual. Untung saja orang-orang lain yang mengundang dan diundang pertemuan tersebut masih waras. Kasus dianggap selesai. Dagelan pun usai. Semoga. Selain berkasus dengan saya, si rekan saya ini pun membuat surat lainnya yang ditujukan ke...