Seorang sahabat saya melongo begitu melihat dalam salah satu paragrap dalam proposal riset yang saya buat terdapat belasan refensi, baik jurnal maupun buku. Saya terkekeh karena memang begitulah tuntutannya. Selain harus banyak browsing jurnal, membacanya, dan mengutipnya dengan 'pintar' untuk membangun setiap paragrap yang diinginkan, saya juga perlu keluar masuk perpustakaan untuk mendapatkan artikel atau inspirasi yang diinginkan. Kadang seru, kadang jenuh. Sementara supervisor riset biasanya cuma memberi komentar. Nah, komentar ini yang akan menentukan pekerjaan selanjutnya lebih berat atau ringan. Namun begitu, saya masih harus bersyukur jika membandingkan dengan kasus seorang sahabat saya yang lain. Ia harus mengambil satu mata kuliah hanya untuk membuat satu paragrap!
Remeh temeh cerita sehari-sehari, prasasti bahwa saya pernah singgah di planet ini